Senin, 11 Juni 2012

Kurikulum dan Pendidikan


Kurikulum dan pendidikan seperti dua sisi mata uang yang berbeda tetapi tidak dapat dipisahkan. Tidak ada proses pendidikan terjadi tanpa ada kurikulum. Demikian juga sebuah kurikulum tidak berfungsi apa-apa tanpa implementasinya dalam pendidikan. Oleh sebab itu, pendidikan sesederhana apapun pada prinsipnya mengacu pada kurikulum meskipun bersifat tersembunyi. Di pesantren-pesantren tradisional misalnya melaksanakan proses pendidikan yang berpedoman pada petunjuk kiai sebagai otoritas tertinggi dalam menentukan materi yang akan diajarkan kepada santri-santrinya. Penekanan materi yang diajarkan dan metode pembelajaran yang diterapkan sangat tergantung kepada cita-cita dan pengalaman keilmuan kiai masing-masing pesantren. Dengan demikian kurikulum di setiap pesantren memiliki kekhasannya sendiri-sendiri.
Dalam konteks pendidikan formal, kekhasan juga muncul sesuai dengan visi lembaga pendidikan. SMK misalnya lebih menekankan kemampuan prktis dari pada di SMA yang cenderung teoretis.
Kecenderungan berbeda dalam kurikulum pada setiap lembaga pendidikan merupakan suatu keniscayaan, karena pada hakekatnya kurikulum adalah manifestasi dari cita-cita, ide-ide, dan gagasan seseorang atau kelompok masyarakat tertentu dalam upaya menanamkan nilai-nilai budaya yang khas antara satu orang dengan lainnya, antara satu kelompok masyarakat dengan masyarakat lainnya.