Educational Design Research (EDR) adalah pendekatan metodologis dalam penelitian pendidikan yang berorientasi pada pengembangan solusi praktis terhadap masalah-masalah pembelajaran, sekaligus menghasilkan kontribusi teoretis. Pendekatan ini dikembangkan secara sistematis oleh Tjeerd Plomp, seorang pakar pendidikan asal Belanda, dan telah menjadi rujukan utama dalam penelitian pengembangan model pembelajaran inovatif.
1. Konsep Dasar EDR
Menurut Plomp (2013), EDR memiliki tiga karakter
utama:
- Bersifat Intervensi Praktis: Tujuan utamanya adalah menghasilkan
solusi yang kontekstual dan bermanfaat bagi praktik pendidikan, seperti
model pembelajaran, perangkat ajar, atau kebijakan pendidikan.
- Berbasis Teori dan Berkontribusi pada Teori: EDR tidak hanya
menyelesaikan masalah praktis, tetapi juga memperkuat dan mengembangkan
teori pendidikan melalui refleksi sistematis.
- Bersifat Iteratif dan Kolaboratif: Proses penelitian dilakukan melalui siklus reflektif yang melibatkan kolaborasi antara peneliti dan praktisi secara aktif.
2. Tiga Fase Utama EDR (Plomp, 2013)
EDR terdiri dari tiga fase utama yang saling berkelanjutan:
a. Preliminary Research (Analisis dan
Eksplorasi)
Pada tahap awal ini, peneliti melakukan analisis
kebutuhan, studi literatur, dan observasi lapangan. Tujuannya adalah
mengidentifikasi masalah utama, merumuskan tujuan pengembangan, serta merancang
kerangka konseptual yang akan menjadi dasar model.
Contoh aplikasi: Melakukan wawancara dengan guru SMK dan studi literatur untuk menyusun kerangka awal model STEAM-A berbasis nilai akhlak.
b. Design and Construction (Desain dan
Konstruksi)
Fase ini melibatkan perancangan solusi dalam
bentuk model pembelajaran, perangkat ajar, dan sintaks implementasi berdasarkan
teori dan hasil eksplorasi. Setelah itu, dilakukan validasi ahli dan revisi
awal.
Contoh aplikasi: Menyusun sintaks pembelajaran STEAM berbasis EDP (Define, Plan, Design, Create, Evaluate) serta perangkat RPP dan LKPD yang mencerminkan nilai-nilai karakter.
c. Evaluation and Reflection (Evaluasi dan
Refleksi)
Fase ini terdiri dari evaluasi formatif (dalam
proses pengembangan) dan evaluasi sumatif (setelah implementasi). Tujuannya
adalah menilai keefektifan model dan merefleksikan hasilnya untuk pengembangan
lebih lanjut.
Contoh aplikasi: Melakukan uji coba model di kelas kewirausahaan SMK, lalu menganalisis data angket, observasi, dan wawancara untuk menyempurnakan model pembelajaran.
3. Aplikasi EDR dalam Pengembangan Model STEAM-A
Berbasis CB-EDP
Dalam konteks pengembangan model pembelajaran
kewirausahaan berbasis STEAM-A dengan pendekatan Character-Based Engineering
Design Process (CB-EDP), pendekatan EDR menjadi sangat relevan. EDR tidak
hanya memungkinkan pengembangan model yang sesuai kebutuhan lokal (SMK), tetapi
juga mendasarkan prosesnya pada teori-teori yang kuat dan data lapangan yang
valid.
- EDR memungkinkan integrasi teori konstruktivisme, nilai Aswaja, dan
prinsip CQI (Continuous Quality Improvement) secara terpadu.
- Penggunaan siklus PDSA dalam desain pembelajaran adalah bentuk nyata
dari penerapan applied theory dalam kerangka EDR.
- Melibatkan guru, siswa, dan praktisi industri sebagai bagian dari proses evaluasi dan refleksi mencerminkan prinsip kolaboratif dalam EDR.
4. Kesimpulan
Pendekatan Educational Design Research
(EDR) menurut Plomp memberikan kerangka metodologis yang kuat untuk merancang
dan mengembangkan model pembelajaran yang adaptif, berbasis data, dan
kontekstual. Dengan mengintegrasikan tiga fase utama — eksplorasi, desain, dan
evaluasi — EDR menjamin bahwa produk yang dihasilkan tidak hanya valid secara
ilmiah, tetapi juga relevan dan aplikatif di lapangan. Dalam konteks
pengembangan pembelajaran STEAM berbasis EDP, EDR menjadi pendekatan strategis
untuk menjawab tantangan pendidikan abad 21 secara sistematis dan terukur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar