A. Pendahuluan
Setiap siswa
dapat dipastikan memiliki perilaku dan karakteristik yang cenderung berbeda. Dalam
pembelajaran, kondisi ini penting untuk diperhatikan karena dengan
mengidentifikasi kondisi awal siswa saat akan mengikuti pembelajaran dapat
memberikan informasi penting untuk guru dalam pemilihan setrategi pengelolaan,
yang berkaitan dengan bagaimana menata pengajaran, khususnya komponen-komponen
strategi pengajaran yang efektif dan sesuai dengan karakteristik perseorangan
siswa sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.
Kegiatan
menganalisis perilaku dan karakteristik awal siswa dalam pengembangan
pembelajaran merupakan pendekatan yang menerima siswa apa adanya dan unutk menyusun
sistem pembelajaran atas dasar keadaan siswa tersebut. Dengan demikian,
mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa adalah bertujuan untuk
menentukan apa yang harus diajarkan dan yang tidak perlu diajarkan dalam pembelajaran
yang akan dilaksanakan. Karena itu, kegiatan ini sama sekali bukan untuk
menentukan pra syarat dalam menyeleksi siswa sebelum mengikuti pebelajaran.
Karakteristik
siswa merupakan salah satu variabel dari kondisi pengajaran.[1]
Variabel ini didefenisikan sebagai aspek-aspek atau kualitas individu siswa.
Aspek-aspek berkaitan dapat berupa bakat, minat, sikap, motivasi belajar, gaya
belajar, kemampuan berpikir dan kemampuan awal (hasil belajar) yang telah
dimilikinya.
B.
Karakter dan Perilaku Siswa
Pengertian
karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa,
kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen,
watak”. Menurut Al-Barry, karakter bermakna
hampir sama dengan sifat-sifat bawaan, watak, kepribadian, kebiasaan. Sementara
yang dimaksud karakteristik adalah
ciri-ciri khusus, corak tingkah laku. [2] Menurut
Tadkiroatun Musfiroh (UNY, 2008), karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes),
perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills).
Ron Kurtus dalam
irfarazak.ngeblogs.com berpendapat
bahwa karakter adalah satu set tingkah laku atau perilaku (behavior) dari seseorang sehingga dari perilakunya tersebut, orang
akan mengenalnya “ia seperti apa”. Menurutnya, karakter akan menentukan
kemampuan seseorang untuk mencapai cita-citanya dengan efektif, kemampuan untuk
berlaku jujur dan berterus terang kepada orang lain serta kemampuan untuk taat
terhadap tata tertib dan aturan yang ada.[3]
Sedangkan menurut
Havinghuerst dalam Oemar Hamalik: 2009, yang dimaksud dengan karakter adalah
suatu perangkat (set) yang terdiri dari lima karakter. Setiap karakter
merupakan suatu presentasi dari tingkat perkembangan psikososial individu
sebagai berikut :
Tipe karakter Periode
perkembangan
1.
Amoral Infancy2. Expedent Early chilhood
3. Conforming Later chilhood
4. Irrational-conscientious Adolescence and adulhood
5. Rational-altruistic
Kendatipun bisa jadi seseorang memiliki tipe murni
akan tetapi dalam praktiknya proporsi kelima kategori tersebut bersifat relatif
bagi setiap orang.[4]
Kata
"karakter" berasal dari kata Yunani: charaktêr. Semula digunakan tanda terkesan atas koin.[5] Ada pula
yang memaknai berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana
mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku,
sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya
dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai
dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia.
Karakter mulia
berarti individu memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai
dengan nilai-nilai seperti reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis,
analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta
ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur,
menepati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut,
setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif,
disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis,
hemat/efisien, menghargai waktu, pengabdian/dedikatif, pengendalian diri,
produktif, ramah, cinta keindahan (estetis), sportif, tabah, terbuka, tertib. Individu
juga memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau unggul,
dan individu juga mampu bertindak sesuai potensi dan kesadarannya
tersebut. Karakteristik adalah realisasi perkembangan positif sebagai individu
(intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku).
Karakter
seseorang baik disengaja atau tidak, didapatkan dari orang lain yang sering
berada didekatnya atau yang sering mempengaruhinya, kemudian ia mulai meniru
untuk melakukannya. Oleh karena itu, seorang anak yang masih polos seringkali
akan mengikuti tingkah laku orang tuanya atau teman mainnya, bahkan
pengasuhnya. Erat kaitan dengan masalah ini, seorang psikolog berpendapat bahwa
karakter berbeda dengan kepribadian, karena kepribadian merupakan sifat yang
dibawa sejak lahir dengan kata lain kepribadian bersifat genetis.[6]
Dalam hal ini
ada empat indentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa, yaitu :
1. Kemampuan Dasar.
2. Latar belakang pengalaman.
3. Latar belakang sosial.
4. Perbedaan individual.
Adapaun
perilaku belajar siswa menurut Gagne dikelompokkan ke dalam delapan kelas yaitu
:
1. Signal learning (belajar
isyarat). Dalam jenis ini siswa mendapat respon terkondisi terhadap signal
tertentu.
2. Stimulus-Respon learning.
Menurut Gagne proses belajar bahasa pada anak-anak merupakan proses yang serupa
dengan ini. Kondisi yang diperlukan untuk berlangsungnya tipe belajar ini ialah
faktor inforcement.
3. Chaining (mempertautkan).
4. Verbal Association.
Tipe belajar 3 dan 4 ini setaraf, yaitu belajar-mengajar menghubungkan S-R yang
satu dengan yang lain. Kondisi yang diperlukan untuk tipe belajar ini antara lain,
secara internal anak didik sudah harus terkuasai sejumlah satuan pola S-R, baik
psikomotorik maupun verbal. Selain itu prinsip kesinambungan, pengulangan dan
reinforcement tetap penting.
5. Discrimination learning
atau belajar mengadakan pembeda. Dalam tipe ini peserta didik mengadakan seleksi
dan pengujian di antara dua perangsang atau sejumlah stimulus yang diterimanya,
kemudian memilih pola-pola respon yang dianggap paling sesuai.
6. Concept learning
atau belajar pengertian. Dengan berdasarkan kesamaan ciri-ciri dari sekumpulan
stimulus dan objek-objeknya, ia membentuk suatu pengertian atau konsep kondisi utama
yang diperlukan adalah menguasai kemahiran diskriminasi dan proses kognitif fundamental
sebelumnya.
7. Rule learning,
atau belajar membuat generalisasi, hukum, dan kaidah. Pada tingkat ini siswa
belajar mengadakan kombinasi berbagai konsep dengan mengoperasikan
kaidah-kaidah logika formal (induktif, deduktif, analisis, sistesis, asosiasi,
diferensiasi, komparasi, dan kausalitas) sehingga anak didik dapat
menemukan konklusi tertentu yang mungkin selanjutnya dapat dipandang sebagai
rule: prinsip, dalil, aturan, hukum, kaidah dan sebagainya.
8. Problem Solving yakni
belajar memecahkan masalah. Pada siswa belajar merumuskan dan memecahkan
masalah, merespon terhadap rangsangan yang menggambarkan atau situasi problematik,
yang mempergunakan berbagai kaidah yang telah dikuasainya.[7]
C.
Teknik Identifikasi Karakter dan Perilaku
Awal Siswa.
Teknik untuk
mengidentifikasi perilaku awal siswa adalah dengan menggunakan kuesioner,
interviu, observasi dan tes (pretest)[8]. Subjek
yang memberikan insformasi diminta untuk mengidentifikasi tingkat pengusaan
siswa dalam setiap perilaku khusus melalui skala penilaian (rating scales).
D. Kesimpulan
Urgensi identifikasi perilaku dan karakter awal siswa dalam pembelajaran sangat signifikan karena sangat
berpengaruh terhadap keefektifan proses pembelajaran.
Informasi yang mendeskripsikan entering
behavior siswa sangat membantu guru dalam merumuskan strategi instruksional
yang diterapkan sehingga pembelajaran bukan hanya akan lebih efektif tetapi juga siswa akan memperoleh pengalaman belajar yang lebih bermakna.
DAFTAR RUJUKAN
Buku:
Al-Barry, M.D.J., dkk., Kamus Ilmah Kontemporer, Pustaka Setia,
Bandung: 2000.
Hamalik,
Oemar, Psikologi Belajar Mengajar,
Sinar Baru Algensindo, Bandung, 2009
Riyanto,
Yatim, Paradigma Baru Pembelajaran, Prenada
Media Group, Jakarta, 2009
Sanjaya,
Wina, Perencanaan dan Desain Sistem
Pembelajaran, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2008
Internet :
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2200143-pengertian-karakter/#ixzz1euOuIcm3,
download : 27/11/2011/ 19:50 pm.
http://irfarazak.ngeblogs.com/2009/09/03/karakteristik-siswa,
download : 27/11/2011/ 10:12 am.
http://akhmadsudrajat.wordpress.coml2010/09/15/konsep-pendidikan-karakter/
download : 27/11/2011/ 7:10 am.
http://moeviccloes.blogspot.com/2010/10/identifikasi-prilaku-dan-karakteristik.html, download : 27/11/2011/ 7:10 am.
[1] Sanjaya, Wina, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Kencana
Prenada Media Group, Jakarta, 2008. Hal. 17.
[2] Al-Barry, M.D.J., dkk., Kamus
Ilmah Kontemporer, Pustaka Setia, Bandung: 2000, hal. 160.
[3] ibid
[4] Hamalik, Oemar, Psikologi
Belajar Mengajar, Sinar Baru Algensindo, Bandung, 2009, hal. 124.
[5] http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2200143-pengertian-karakter/#ixzz1euOuIcm3,
upload 27/11/2011/ 19:50 pm.
[8] Riyanto, Yatim, Paradigma Baru Pembelajaran, Prenada
Media Group, Jakarta, 2009, hal. 132.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar